Pidato pertama Presiden RI ke-7 |
Oleh Joko Widodo
ASSALAMUALAIKUM warahmatullahi
wabarakatuh. Salam damai sejahtera untuk kita semua. Om Swastiastu. Namo
Buddhaya Yang saya hormati, para pimpinan dan seluruh anggota MPR.
Yang saya hormati, Wakil Presiden
Republik Indonesia.
Yang saya hormati, Bapak Prof Dr BJ
Habibie, Presiden Ke-3 Republik Indonesia; Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden
Ke-5 Republik Indonesia; Bapak Try Sutrisno, Wakil Presiden Ke-6 Republik
Indonesia, Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden Ke-9 Republik Indonesia.
Yang saya hormati, Bapak Prof Dr Susilo
Bambang Yudhoyono, Presiden Ke-6 Republik Indonesia; Bapak Prof Dr Boediono,
Wakil Presiden Ke-11 Republik Indonesia.
Yang saya hormati, para pimpinan lembaga-lembaga
tinggi negara, Yang saya hormati dan saya muliakan, kepala negara dan
pemerintahan serta utusan khusus dari negara-negara sahabat. Para tamu,
undangan yang saya hormati.
Saudara-saudara sebangsa, setanah
air, Hadirin yang saya muliakan. Baru saja kami mengucapkan sumpah, sumpah itu
memiliki makna spritual yang dalam, yang menegaskan komitmen untuk bekerja
keras mencapai kehendak kita bersama sebagai bangsa yang besar. Kini saatnya,
kita menyatukan hati dan tangan. Kini saatnya, bersama-sama melanjutkan ujian sejarah
berikutnya yang mahaberat, yakni mencapai dan mewujudkan Indonesia yang
berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian
dalam kebudayaan.
Saya yakin tugas sejarah yang
berat itu akan bisa kita pikul bersama dengan persatuan, gotong royong dan
kerja keras. Persatuan dan gotong royong adalah syarat bagi kita untuk menjadi bangsa
besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan
keterpecahan. Dan, kita tidak pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras.
Pemerintahan yang saya pimpin
akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di seluruh pelosok Tanah Air, merasakan
kehadiran pelayanan pemerintahan. Saya juga mengajak seluruh lembaga negara
untuk bekerja dengan semangat yang sama dalam menjalankan tugas dan fungsi
masingmasing. Saya yakin, negara ini akan semakin kuat dan berwibawa jika semua
lembaga negara bekerja memanggul mandat yang telah diberikan oleh konstitusi.
Kepada para nelayan, buruh,
petani, pedagang bakso, pedagang asongan, sopir, akademisi, guru, TNI/Polri, pengusaha
dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu-membahu,
bergotong rotong. Inilah, momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama
untuk bekerja, bekerja, dan bekerja
Hadirin yang mulia.
Kita juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa
dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri. Kita ingin menjadi
bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri. Bangsa besar yang kreatif yang
bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global. Kita harus bekerja
dengan sekeraskerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim.
Samudra, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu
lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk. Kini
saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru
kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali
membahana.
Saudara-saudara sebangsa dan
setanah air.
Kerja besar membangun bangsa
tidak mungkin dilakukan sendiri oleh presiden, wakil presiden ataupun jajaran
Pemerintahan yang saya pimpin, tetapi membutuhkan topangan kekuatan kolektif
yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.
Lima tahun ke depan menjadi momentum
pertaruhan kita sebagai bangsa merdeka. Oleh sebab itu, kerja, kerja, dan kerja
adalah yang utama. Saya yakin, dengan kerja keras dan gotong royong, kita akan
akan mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Saudara-saudara sebangsa dan
setanah air.
Atas nama rakyat dan pemerintah
Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada yang mulia kepala negara dan pemerintahan serta utusan khusus dari
negara-negara sahabat. Saya ingin menegaskan, di bawah pemerintahan saya,
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dengan penduduk muslim
terbesar di dunia, sebagai negara kepulauan, dan sebagai negara terbesar di
Asia Tenggara, akan terus menjalankan politik luar negeri bebas-aktif, yang
diabdikan untuk kepentingan nasional, dan ikut serta dalam menciptakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi ,dan keadilan sosial.
Pada kesempatan bersejarah ini,
perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla
dan atas nama bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
Bapak Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Prof Dr Boediono yang telah
memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama lima tahun terakhir.
Hadirian yang saya muliakan.
Mengakhiri pidato ini, saya mengajak
saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang pernah disampaikan
oleh Presiden I Republik Indonesia, Bung Karno bahwa untuk membangun Indonesia
menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus
memiliki jiwa cakrawarti samudra; jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang
dan empasan ombak yang menggulung.
Sebagai nakhoda yang dipercaya
oleh rakyat, saya mengajak semua warga untuk naik ke atas kapal Republik
Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita
akan hadapi semua badai dan gelombang samudra dengan kekuatan kita sendiri.
Saya akan berdiri di bawah kehendak
rakyat dan konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya
kita bersama. (10)
Merdeka. Mereka. Merdeka
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Semoga Tuhan memberkati
Om Shanti Shanti Shanti Om
Sumber : epaper SM edisi SELASA,
21 OKTOBER 2014
No comments:
Post a Comment