Oleh Gunawan Laksmana
HARI Kesehatan Jiwa se dunia yang
jatuh pada tanggal 10 Oktober 2014 bertema ’’ Hidup dengan Pasien Skizofrenia’’
. Tema ini mempunyai makna penting, karena Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat
(Gangguan Psikotik) yang paling banyak dijumpai (sekitar 1 % populasi).
Mempunyai ciri utama gangguan proses pikir di mana kemampuan menilai realitas
mengalami kemerosotan berat. Bersifat kronik yang berdampak pada kemunduran
fungsi-fungsi kehidupan penting, yaitu fungsi peran, sosial, sampai pada fungsi
perawatan diri, yang tentunya banyak memberi beban kepada keluarga. Ciri
penting lain ialah usia muda (14 ñ 29 tahun) mempunyai risiko tertinggi untuk
Skizofrenia.
Penyebab
Penyebab masih belum diketahui secara
pasti. Faktor-faktornya bisa berupa genetik (pembawaan, keturunan), biologik
(adanya gangguan kimiawi di otak) dan psiko-sosial/lingkungan. Faktor
psikososial, berupa kemiskinan, pengalaman buruk pada masa kecil, situasi
keluarga yang tidak kondusif, terutama situasi keluarga di mana terdapat
ekspresi emosi tinggi (berujud : sikap bermusuhan, kontrol berlebihan, terlalu
kritis, selalu diperlakukan sebagai anak kecil).
Beberapa gejala yang bisa
dijumpai pada Skizofrenia:
- Halusinasi pendengaran : pasien
mendengar suara tertentu yang sebetulnya tidak ada.
- Delusi /waham :
keyakinan/pikiran salah, sering aneh, diyakini 100 % kebenarannya, meskipun
tidak sesuai dengan kenyataan, contoh : pasien berkeyakinan bahwa ada makhluk
luar angkasa masuk ke dalam kamar melalui stop-kontak listrik. Pikiran bahwa
ada orang/komplotan yang mengancam dirinya.
- Pembicaraan tanpa ada asosiasi
yang relevan, sampai bicara kacau
- Merosotnya kemampuan
menjalankan tugas, pekerjaan dan interaksi dengan orang lain
- Dalam taraf yang berat tidak
dapat melakukan fungsi perawatan diri.
Penanganan
Penanganan pasien, utamanya
dilakukan dengan obat-obat anti-skizofrenia. Diberikan secara teratur dan terus
menerus di bawah pengawaswan dokter/-Psikiater. Juga perlu dilakukan terapi psikologik
dan sosial. Penanganan dini akan berpengaruh positif terhadap hasil pengobatan,
dengan demikian juga perbaikan terhadap kehidupan pasien. Perlu dipahami, meskipun
sudah tidak menunjukkan adanya gejala, pengobatan tidak boleh dihentikan begitu
saja karena akan memperbesar kemungkinan kekambuhan penyakit.
Intervensi psiko-sosial bertujuan
untuk meningkatkan/memulihkan kemampuan sosial pasien yang banyak mengalami
kemunduran.
Problem fisik
Kondisi fisik perlu diperhatikan
karena angka kematian (mortalitas) pasien Skizofrenia lebih tinggi (2 ñ 2,5
kali) dibanding populasi umum. Hal ini disebabkan oleh penyakit
kardio-vaskuler/ hipertensi, penyakit metabolik ( kencing manis, kadar lemak
darah yang tinggi), penyakit saluran napas, problem kesehatan mulut dan gigi,
penyakit infeksi HIV, Hepatitis dan Tuberkulosis. Selain penyakit-penyakit
tersebut, gaya hidup tidak sehat juga banyak dijumpai, umpama merokok, kurang
olah raga, yang menimbulkan kegemukan. Selain itu juga perlu diperhatikan efek
samping obat yang dikonsumsi. Maka sangat penting untuk selalu memantau secara
teratur kondisi kesehatan fisiknya.
Peranan keluarga
Dukungan keluarga dan orang-orang
terdekat sangat diperlukan untuk membantu mencapai kesembuhan dan mencegah
kekambuhan. Keluarga perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
- Membantu deteksi adanya
Skizofrenia sedini mungkin, terutama yang masih usia muda
- Mengupayakan penanganan dini
secara memadai ke fasilitas kesehatan jiwa
- Ikut mengatur, membantu
pemberian obat secara teratur dan memantau efek samping
- Menghindari suasana ekspresi
emosi tinggi dalam keluarga
- Melibatkan pasien dalam
aktivitas hidup sehari hari
- Memantau kondisi kesehatan
fisik.
Peranan masyarakat
Masyarakat mempunyai peran
penting dalam mendukung dan memberdayakan pasien Skizofrenia, menghilangkan
stigma (pandangan negatif terhadap gangguan jiwa, terutama Skizofrenia) dan
diskriminasi. Stigma dalam masyarakat akan menjadi penghambat utama terhadap
pemulihan pasien. Masyarakat bisa ikut memfasilitasi dalam aktivitas
pendidikan, social dan ekonomi. Tentunya keluarga pasien Skizofrenia juga perlu
dukungan dari masyarakat. (11)
–– Dr Gunawan Laksmana, SpKJ, dokter
ahli Jiwa
Sumber : epaper SM hal 18 edisi
Rabu, 8 Oktober 2014
No comments:
Post a Comment