Saturday, 11 October 2014

Hidup dengan Pasien Skizofrenia

Oleh Gunawan Laksmana
HARI Kesehatan Jiwa se dunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2014 bertema ’’ Hidup dengan Pasien Skizofrenia’’ . Tema ini mempunyai makna penting, karena Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat (Gangguan Psikotik) yang paling banyak dijumpai (sekitar 1 % populasi). Mempunyai ciri utama gangguan proses pikir di mana kemampuan menilai realitas mengalami kemerosotan berat. Bersifat kronik yang berdampak pada kemunduran fungsi-fungsi kehidupan penting, yaitu fungsi peran, sosial, sampai pada fungsi perawatan diri, yang tentunya banyak memberi beban kepada keluarga. Ciri penting lain ialah usia muda (14 ñ 29 tahun) mempunyai risiko tertinggi untuk Skizofrenia.
Penyebab
Penyebab masih belum diketahui secara pasti. Faktor-faktornya bisa berupa genetik (pembawaan, keturunan), biologik (adanya gangguan kimiawi di otak) dan psiko-sosial/lingkungan. Faktor psikososial, berupa kemiskinan, pengalaman buruk pada masa kecil, situasi keluarga yang tidak kondusif, terutama situasi keluarga di mana terdapat ekspresi emosi tinggi (berujud : sikap bermusuhan, kontrol berlebihan, terlalu kritis, selalu diperlakukan sebagai anak kecil).
Beberapa gejala yang bisa dijumpai pada Skizofrenia:
- Halusinasi pendengaran : pasien mendengar suara tertentu yang sebetulnya tidak ada.
- Delusi /waham : keyakinan/pikiran salah, sering aneh, diyakini 100 % kebenarannya, meskipun tidak sesuai dengan kenyataan, contoh : pasien berkeyakinan bahwa ada makhluk luar angkasa masuk ke dalam kamar melalui stop-kontak listrik. Pikiran bahwa ada orang/komplotan yang mengancam dirinya.
- Pembicaraan tanpa ada asosiasi yang relevan, sampai bicara kacau
- Merosotnya kemampuan menjalankan tugas, pekerjaan dan interaksi dengan orang lain
- Dalam taraf yang berat tidak dapat melakukan fungsi perawatan diri.
Penanganan
Penanganan pasien, utamanya dilakukan dengan obat-obat anti-skizofrenia. Diberikan secara teratur dan terus menerus di bawah pengawaswan dokter/-Psikiater. Juga perlu dilakukan terapi psikologik dan sosial. Penanganan dini akan berpengaruh positif terhadap hasil pengobatan, dengan demikian juga perbaikan terhadap kehidupan pasien. Perlu dipahami, meskipun sudah tidak menunjukkan adanya gejala, pengobatan tidak boleh dihentikan begitu saja karena akan memperbesar kemungkinan kekambuhan penyakit.
Intervensi psiko-sosial bertujuan untuk meningkatkan/memulihkan kemampuan sosial pasien yang banyak mengalami kemunduran.
Problem fisik
Kondisi fisik perlu diperhatikan karena angka kematian (mortalitas) pasien Skizofrenia lebih tinggi (2 ñ 2,5 kali) dibanding populasi umum. Hal ini disebabkan oleh penyakit kardio-vaskuler/ hipertensi, penyakit metabolik ( kencing manis, kadar lemak darah yang tinggi), penyakit saluran napas, problem kesehatan mulut dan gigi, penyakit infeksi HIV, Hepatitis dan Tuberkulosis. Selain penyakit-penyakit tersebut, gaya hidup tidak sehat juga banyak dijumpai, umpama merokok, kurang olah raga, yang menimbulkan kegemukan. Selain itu juga perlu diperhatikan efek samping obat yang dikonsumsi. Maka sangat penting untuk selalu memantau secara teratur kondisi kesehatan fisiknya.
Peranan keluarga
Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat diperlukan untuk membantu mencapai kesembuhan dan mencegah kekambuhan. Keluarga perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
- Membantu deteksi adanya Skizofrenia sedini mungkin, terutama yang masih usia muda
- Mengupayakan penanganan dini secara memadai ke fasilitas kesehatan jiwa
- Ikut mengatur, membantu pemberian obat secara teratur dan memantau efek samping
- Menghindari suasana ekspresi emosi tinggi dalam keluarga
- Melibatkan pasien dalam aktivitas hidup sehari hari
- Memantau kondisi kesehatan fisik.
Peranan masyarakat
Masyarakat mempunyai peran penting dalam mendukung dan memberdayakan pasien Skizofrenia, menghilangkan stigma (pandangan negatif terhadap gangguan jiwa, terutama Skizofrenia) dan diskriminasi. Stigma dalam masyarakat akan menjadi penghambat utama terhadap pemulihan pasien. Masyarakat bisa ikut memfasilitasi dalam aktivitas pendidikan, social dan ekonomi. Tentunya keluarga pasien Skizofrenia juga perlu dukungan dari masyarakat. (11)
–– Dr Gunawan Laksmana, SpKJ, dokter ahli Jiwa

Sumber : epaper SM hal 18 edisi Rabu, 8 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment