Friday 17 October 2014

Banyak Sarjana Menganggur, Ubahlah Pola Pikir

Berdasarkan survei angkatan kerja nasional tahun 2013, ada 421 ribu sarjana yang tidak terserap di dunia kerja. Jumlah ini merupakan 5,8 % dari total pengangguran Indonesia yang mencapai 7,17 juta jiwa. Pernyataan tersebut dikemukakan Kepala Pendukung Operasi Wilayah II BCA Hanna W Handoyo (Suara Merdeka, 6 Oktober 2014).
Pertanyaan menggelitik muncul dari penulis, mengapa banyak sarjana yang tidak mendapatkan tempat dalam kerja? Apakah tidak ada lowongan kerja, sedangkan lowongan kerja di koran, di dunia maya selalu penuh, bahkan di koran kadang sampai dimuat tiga halaman?
Chief Manager Learning and Devolepment Division BCA Hendra Tanumihardja dalam seminar ''Persiapan Menghadapi Dunia Kerja dan Komunikasi Efektif'' di Gedung Widya Puraya Undip, belum lama ini, berpendapat, faktor penyebabnya adalah masih banyak mahasiswa yang sudah masuk dunia kerja akan tetapi belum sepenuhnya siap dan memiliki bekal pengetahuan yang cukup.
Menurut penulis, memang di lapangan banyak lulusan sarjana yang bekerja tidak ada kesesuaian antara lulusan dengan kebutuhan pekerjaan. Pada prinsipnya, dalam kerja harus ada skill yang baik, visioner, dan berkompeten dalam bidangnya. Permasalahan ini terbukti ketika penulis mengantarkan dan mengawal adik yang alumnus dari Akademi Teknologi Kulit mengikuti seleksi untuk menjadi karyawan di sebuah perusahaan sepatu di Malang. Semua yang mendaftar menjadi karyawan harus bisa membuat sepatu langsung di hadapan manajer HRD dengan pola yang sudah disiapkan, beserta alat-alat pembuat sepatu, dengan waktu yang sudah ditentukan.
Tentu dengan seleksi ini, yang tidak punya kemampuan pasti akan gugur dengan sendirinya, karena semua transparan dalam perekrutan karyawan. Perusahaan tidak ingin merekrut karyawan seperti memilih kucing dalam karung.
Jangan Hanya Kuliah
Di semua tempat kerja, yang dibutuhkan adalah teknisi bukan akademisi, namun banyak mahasiswa yang lupa diri ketika kuliah. Kegiatan harian mahasiswa hanya kos, kuliah, dan mengejar indeks prestasi yang tinggi, dengan meninggalkan kemampuan sosial dan emosional.
Penulis ingat ketika masih kuliah mendapatkan pesan motivasi dari seorang dosen yang sekarang sudah bergelar profesor, dengan sebuah nasihat: ''Mahasiswa yang hanya kuliah dan kos seperti perempuan mandul''. Sungguh motivasi yang sangat menyengat dan memberi semangat. Nasihat ini memberikan pembelajaran, ketika menjadi mahasiswa jangan hanya kuliah dan mengejar indeks prestasi tinggi saja, akan tetapi harus bergulat dalam organisasi di kampus dan masyarakat, sehingga akan cerdas intelektual dan emosional.
Dengan kecerdasan emosi yang tinggi akan menjadikan mahasiswa luas wawasan dan menjaring pertemanan yang banyak. Ketika sudah lulus menjadi sarjana, jauhkan dari sikap selektif yang tinggi dalam mencari kerja dan rasa malu ketika bekerja yang tidak sederajat sarjana karena akan menambah deretan pengangguran.
Mari, seluruh sarjana yang baru dan lama yang mungkin belum mendapatkan kerja, samakan pola pikir tidak hanya menunggu lowongan pekerjaan akan tetapi menciptakan lowongan pekerjaan di seluruh Indonesia. Bagi seluruh perguruan tinggi, bangkitkan jiwa-jiwa kewirausahaan, sehingga setelah mahasiswa lulus tidak bermental buruh akan tetapi bermental juragan yang siap membuat tempat-tempat kerja di seluruh negeri ini.
Ahmad Riyatno, SAg, MPdI
Trainer Bina Hati Ikhlas Beramal (BHIB) MAN 2 Bangetayu Semarang

Sumber : epaper SM hal 7 edisi Jum’at, 10 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment