Oleh Liliana
MENERIMA ribuan mahasiswa setiap tahun dari berbagai penjuru
Indonesia membawa konsekuensi bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (USD).
Kampus dengan sekitar 10.000 mahasiswa dari berbagai belahan Nusantara ini
adalah rumah untuk semua anak yang mau berkembang. Di tengah krisis esensi
hidup sebagai manusia, USD hadir untuk merangkul kaum muda supaya melihat
kembali esensi menjadi makhluk yang berperan atas keberlangsungan kehidupan di
bumi, bukan makhluk yang berkuasa atas bumi.
Hidup sebagai manusia utuh berarti mau memberikan kesempatan
kepada manusia lain untuk berkembang. Di sini, setiap tahunnya, ada puluhan
mahasiswa kerja sama dari pelosok daerah yang dikirim untuk mencicipi
pendidikan yang layak. Anakanak yang bahkan untuk mencapai rumahpun harus
melewati jalan tanah yang berkelok-kelok dan berlubang, sungai yang harus
ditempuh dengan perahu, anak-anak dengan kehidupan yang jauh berbeda dengan
anak-anak di kota.
Pendampingan
Mereka tidak semata-mata diterima di USD begitu saja.
Menerima mereka sebagai mahasiswa berarti bersedia mendampingi mereka secara
utuh, cura personalis.
Budaya yang berbeda menyebabkan mereka kesulitan beradaptasi
dengan cepat di lingkungan. Budaya di sini bukan hanya mengenai kebiasaan dan
bahasa, tetapi juga pola belajar dan pola hidup. Pendampingan seperti
orientasi, dialogal, dan pelatihanpelatihan adalah pendampingan yang diberikan
atas dasar semangat kemanusiaan.
Pendidikan bukan saja memberikan pengetahuan mengenai ilmu
bahasa, teknologi, sejarah dan sebagainya. Melainkan memberikan pengetahuan
bagaimana ilmu-ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan
umat manusia dengan tetap berpegang pada prinsip kehidupan yang harmonis antara
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Menerima sebagai bagian dari USD memiliki tanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik demi saudara dan tanah mereka. Menerima mereka
berarti siap mendengar setiap keluh kesahnya. Mendidik mereka berarti membantu
untuk berkembang dari segi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Menjadi pintar
saja tidak cukup, menjadi tanpa menjadi baik hanya akan membuat dunia ini
kehilangan harmoni kehidupannya.
Liliana, mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment