Oleh Dede Ariyanto
”Tak ada hari tanpa internet”. Ungkapan itu hanya berlaku
untuk masyarakat modern yang hidup di perkotaan. Kenyataannya, tak semua bagian
di Indonesia dapat merasakan koneksi internet. Masih banyak pulau atau daerah
terpencil yang belum bisa terhubung dengan internet.
Kabar gembira datang dari perusahaan raksasa mesin pencari
Google. Baru-baru ini, telah tercapai kesepakatan bersama melalui kemitraan
tiga operator seluler terbesar yang ada di Indonesia, yaitu Telkomsel, Indosat,
dan XL Axiata di kantor pusat induk perusahaan Google, Alphabet, di Mountain
View, California, Amerika Serikat, Rabu (28/10).
Kerja sama ini menghasilkan kesepakatan Google Project Loon
atau balon udara internet Google untuk Indonesia yang akan dilakukan pada awal
2016 dengan masa percobaan selama dua tahun.
Apa itu Google Project Loon? Ambisi Google untuk bisa
menghubungkan semua manusia ke internet melalui balon udara internet Google
yang memancarkan sinyal wireless (Wi-Fi). Utamanya, mereka yang tinggal di
daerah terpencil atau pelosok yang tak terjangkau koneksi internet.
Proyek ini digagas sudah lama sejak 2012 di Amerika Serikat.
Indonesia menjadi negara keempat setelah percobaan sukses di negara Brazil,
Selandia Baru, dan Australia. Terpilihnya Indonesia tak lain dari letak
geografis yang sulit untuk ditembus oleh sinyal-sinyal Base Transceiver Station
(BTS) operator seluler.
Indonesia juga terkenal dengan gunung vulkanik teraktif di
dunia belum lagi ribuan pulau dan hutan yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke. Menurut data dari Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia pada
2004, keseluruhan pulau, baik yang belum dan sudah bernama, tercatat sebanyak
17.504 pulau.
Lebih Merata
Keadaan semacam itu tak memungkinkan untuk membangun BTS di
semua titik pulau di Indonesia. Akan dibutuhkan dana yang sangat besar untuk
melakukannya. Dengan balon udara internet Google, semua itu bisa diwujudkan.
Secara prinsip, kerja antara balon udara internet Google
dengan BTS sama-sama memancarkan sinyal yang bisa terhubung ke internet bagi
penggunanya. Perbedaannya, balon udara internet Google ada di angkasa sedangkan
BTS tertanam di tanah.
Melihat posisinya, di udara jangkauan atau sinyal yang
dipancarkan lebih merata dan bisa menjangkau titik-titik pulau bahkan yang
terpencil sekalipun.
Layaknya balon udara raksasa lain, balon udara internet
Google terbang dengan udara helium. Untuk menyokong daya selama berada di udara
sumber tenaga bergantung pada panel surya tenaga matahari yang ada di bawah
balon internet Google udara.
Pada awal-awal, uji coba ketahanan balon di udara balon hanya
mampu bertahan sepuluh hari, namun sekarang sudah mampu bertahan hingga 187
hari atau sekitar enam bulanan. Selain pergerakan balon mengandalkan angin
stratosferik juga bisa dikendalikan dengan menggunakan sistem komputer dari
darat.
Susunan atau rangkaian balon-balon udara yang beredar di
angkasa khatulistiwa satu sama lain terhubung yang akan membentuk jaringan
komunikasi di atas udara.
Setara 4G
Pada awal mula rencana balon udara internet Google ini
digulirkan, terdapat hambatan, khususnya dalam dunia dirgantara atau
penerbangan. Mereka mengkhawatirkan dapat mengganggu dunia penerbangan terlebih
maskapai penerbangan komersial.
Setelah mengetahui bahwa tak ada hambatan dengan pancaran
sinyal dari BTS, balon tersebut diterterbangkan di ketinggian 20 km dari atas
permukaan air laut. Dua kali lipat lebih tinggi dari jarak ketinggian terbang
pesawat komersial secara umum, sehingga aman dan tak mengganggu penerbangan.
Diharapkan dengan adanya balon udara internet Google, 100
juta penduduk Indonesia yang belum bisa terhubung dengan internet, kini bisa
merasakannya. Untuk kecepatan, akses internet yang ditawarkan setara 4G. Google
mengklaim kecepatan akses saat menggunakannya bisa menembus angka 10 Mbps.
Belum ada kabar resmi apakah nantinya proyek balon udara
internet Google akan dikomersialkan. Satu yang pasti, jika pun itu terjadi,
Google menjamin biaya data yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan akses
internet yang menggunakan BTS dan fiber optic.
Untuk awal-awal, Google hanya fokus bisa memberikan layanan
koneksi internet ke seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dalam jangka panjang,
ke seluruh masyarakat dunia. Semoga terbukanya jaringan komunikasi baru ini
bisa membuat negara Indonesia lebih maju dan bisa mengejar ketertinggalan dari
negara lain.
Pemerintah sebagai pengendali pusat tetap harus memantau dan
mengontrol penuh proyek Google Project Loon. Jangan sampai di kemudian hari
negara kita dirugikan. Begitu juga dengan konten internet bebas harus ada
filter yang sesuai dengan norma Indonesia yang ketimuran.
Sumber : Epaper SM edisi Senin, 9 November 2015 Hal 23
No comments:
Post a Comment