Nama Bung Tomo selalu disebut setiap kita memperingati 10
November sebagai Hari Pahlawan. Sejarah itu memuat kebanggaan dan inspirasi.
Seperti para tokoh lainnya, baik yang telah dinobatkan sebagai pahlawan
nasional maupun yang secara sosiologis diakui walaupun belum melalui sebuah
surat keputusan, kisah Bung Tomo dalam peristiwa 10 November 1945 dan heorisme
para tokoh lain di arena yang berbeda-beda, mengusung nilai keteladanan.
Kepahlawanan menebar getar makna bagi generasi ke generasi
sesudah terjadinya peristiwa yang menjadi sebuah penanda zaman. Ruang yang
melahirkan hero juga tak selalu berupa pertempuran sengit seperti di zaman Bung
Tomo, Pangeran Diponegoro, atau Tjoet Nyak Dhien. Ia bisa hadir dari dunia
pendidikan, keberpihakan pada pelayanan kesehatan, menjaga keutuhan lingkungan,
memperjuangkan hak-hak perempuan, kesenian, bahkan bakti prestasi olahraga
Intinya adalah jejak, lalu jejak itu menggerakkan sebuah
perubahan yang menimbulkan kekuatan inspirasional. Kepada sosok seperti Abdurrahman
Wahid misalnya, bangsa ini patut merasa berutang atas konsistensi perjuangannya
dalam menegakkan demokrasi dan pluralisme. Pengusulannya sebagai pahlawan
nasional atas dasar pemikiran dan peran-peran kritis mengawal kebhinekaan dalam
demokratisasi di Tanah Air, merupakan logika yang patut diterima.
Inspirasi kejuangan dalam ruang pengorbanan mesti kita tebar
di semua lini dan bidang. Bukankah harus dibangun kekuatan kemandirian di
tengah atmosfer persaingan global, terutama dalam menghadapi MEA? Dibutuhkan
ketokohan dalam wujud keberanian mengambil prakarsa, mengeksplorasi ide-ide
kreatif yang kompetitif, mendorong terjadinya perubahan, dan secara konsisten
memperjuangkannya sebagai inspirasi bagi anak-anak muda bangsa ini.
Gagasan-gagasan besar para pendiri bangsa, kepahlawanan untuk
membebaskan dari kolonialisme, serta ide-ide visioner yang merekatkan nilai
kebhinekaan, menjadi elan yang mesti ditransformasikan kepada anak-anak muda
yang sekarang berjuang di berbagai bidang. Dari para peneliti, penemu,
pengembang gagasan, seniman, olahragawan, hingga kreativitas dalam memunculkan
lapangan pekerjaan. Banyak pahlawan dalam versi kebutuhan kehidupan kekinian.
Pengenalan kepahlawanan dari sisi inspirasi ketokohan kepada
generasi muda sangatlah penting. Pemberian status sebagai pahlawan nasional tak
boleh berhenti pada formalisme pengakuan; yang lebih penting memperkenalkan
kepada angkatan muda tentang jejak sejarah ketokohan dalam gagasan, perjuangan
untuk sebuah perubahan, atau perlawanan-perlawanan. Inspirasi memuat
keteladanan. Sekarang misalnya, kita membutuhkan para pahlawan dan pejuang
antikorupsi.
Sumber : Epaper SM edisi Selasa, 10 November 2015 Hal 4
No comments:
Post a Comment