Tuesday, 10 November 2015

Setelah Usulan Hari Wayang Dideklarasikan

Usulan agar ada Hari Wayang Nasional oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono telah dideklarasikan Sabtu (7/11). Agar usulan lebih bergaung, Ki Manteb Soedharsono dan Ki Enthus Susmono pun didaulat memainkan lakon Abimanyu Krida Brata. Tak hanya itu, digelar juga pertunjukan wayang 30 jam nonsetop melibatkan 10 dalang di Taman Budaya Surakarta.

Apa yang sesungguhnya melatari pengusulan itu? Dalam versi Juliyatmono, rupa-rupanya bukan sekadar agar negara turut melestarikan budaya tradisional itu. Jika sudah ada Hari Wayang Nasional, menurut Bupati, akan ada payung hukum yang memungkinkan negara memberikan anggaran ke dearah-daerah untuk menggelar pertunjukan wayang.

Apakah rakyat sudah tidak mampu menjadi salah satu penghidup pergelaran wayang? Apakah jika negara tidak campur tangan mendanai pergelaran, wayang tidak bisa lagi dimainkan? Jika wayang benar-benar mati bila tidak ada campur tangan negara, maka pencanangan ”Hari Wayang Nasional” bukanlah obat mujarab. Ancaman kepunahan hanya bisa dihindari justru ketika masyarakat masih mau mendukung wayang.

Masyarakat justru jangan hanya didesain sebagai penonton. Dalam masyarakat komoditas, penonton sebaiknya dikondisikan untuk menjadi pembeli dan produsen pertunjukan. Wayang bisa dijual, wayang bisa dibeli. Dalang bisa menjadi kreator yang terus-menerus memberikan tontonan kepada masyarakat karena mereka hidup dalam pasar pertunjukan yang kompetitif.

Tentu saja pemerintah masih boleh mendanai pertunjukan wayang dan memberikan tontonan itu secara gratis kepada rakyat. Akan tetapi yang lebih penting dari itu, justru memotivasi rakyat untuk menjadi pilar penghidup pertunjukan wayang. Mendidik rakyat bertanggung jawab atas kehidupan wayang lebih baik ketimbang hanya meminta sebagai penonton pasif.

Jadi, masih perlukah usulan ”Hari Wayang Nasional”? Masih. Jika perlu setiap hari kita jadikan sebagai ”Hari Wayang Nasional”. Tujuannya saja yang harus diubah. Jangan sekadar mengharapkan anggaran dari negara. Akan lebih baik justru menyadarkan publik betapa tanpa dukungan mereka, dalang, wayang, dan nilai-nilai penting kebudayaan Jawa akan lebih gampang sirna.


Sumber : Epaper SM edisi Senin, 9 November 2015 Hal 4

No comments:

Post a Comment