Banyak orang menganggap stroke terjadi pada usia tua. Padahal
sebenarnya, penyakit tersebut juga bisa terjadi pada usia muda.
Staf Bagian SMF Neurologi RSUP Dr Kariadi, dr Endang
Kustiowati SpS(K) MsiMed menerangkan, stroke usia muda menyerang pada orang
yang berumur di bawah 45 tahun. Hal itu akan mengganggu aktivitas dan
produktivitas penderita. Dijelaskannya, penyakit stroke pada usia muda lebih
banyak terjadi di negara berkembang.
Sejumlah faktor risiko terkena stroke dapat ditemukan pada
orang muda. Beberapa faktor tersebut sedikit berbeda pada orang yang lebih tua.
Pada usia muda, perhatian ditujukan pada beberapa faktor risiko seperti,
makanan cepat saji, merokok, obesitas, migrain, kehamilan, dan obat-obatan
terlarang.
‘’Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko
yang bisa dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi seperti
usia, jenis kelamin, ras, dan kecenderungan genetis. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi diantaranya tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol
(hiperkolesterol), kegemukan (obesitas), kencing manis (diabetes), penyakit
jantung, merokok, dan alkohol,’’ ujarnya di SMF Neurologi RSUP Dr Kariadi,
Jumat (6/11).
Dia menerangkan, temuan lain yang lebih jarang sebagai
penyebab stroke pada usia muda yakni kelainan jantung, cardioembolism, dan
kelainan pembuluh darah. Adapun beberapa tanda awal diantaranya bicara tidak
jelas pelafalan katanya (pelo), kelemahan pada salah satu sisi anggota gerak
tubuh, dan bibir atau mulut mencong atau miring ke arah kanan atau kiri.
‘’Tanda-tanda awal stroke biasa disingkat dengan FAST. F
untuk face dimana wajah mulai perot, A(arm) ketika salah satu anggota gerak
tubuh lemah, S (speach) bicara mulai pelo, dan T (time) dalam kondisi tersebut
harus cepat dibawa ke dokter,’’imbuhnya.
Adapun pencegahan dibagi dua yakni primer dan sekunder.
Pencegahan primer diterapkan bagi seseorang yang belum pernah mengalami stroke.
Sementara untuk pencegahan sekunder digunakan untuk memberikan perlakuan pada
penderita stroke.
‘’Pencegahan primer dilakukan dengan menerapkan gaya hidup
sehat, baik jasmani dan rohani serta memodifikasi berbagai faktor risiko
stroke. Untuk pencegahan sekunder dilakukan terapi atau bedah, pengobatan
teratur, mengendalikan faktor risiko, dan menerapkan gaya hidup sehat,’’
tandasnya. (fri,H71-96)
Sumber : Epaper SM Edisi Sabtu, 7 November 2015 Hal 28
No comments:
Post a Comment